Minggu, 11 Juni 2017

Chin Up, Darling!

"Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau." - Mazmur 37 : 1-2

* * * * *

Aku marah
Aku kecewa
Aku melihat sekelilingku
Satu kataku.. "dunia tidak adil!"
Namun aku tidak bisa menangis, sebab rasanya bukan sekedar sakit
Lebih dari sekedar sulit menghirup nafas..
Kuhitung berkali lipat dari itu
Kepedihan, itu namanya.

Dalam kamusku, ada dua macam hari. Hari yang penuh tawa dan penuh dengan tangisan. Tidak, aku tidak menyebutnya hari yang baik atau hari yang buruk. Aku juga tidak membedakan hari-hariku dengan sebutan beruntung atau sial. Hanya.. emosi yang menunjukkan dirinya hari itu berbeda. Hmm.. Jenis hari yang mana yang lebih sering kalian alami?

Hari itu aku merasa hariku adalah hari yang penuh dengan tangisan. Bukan jenis tangisan yang kelihatan oleh mata, karena artinya rasa sakit yang dirasa belum terlalu dalam. Namun jenis tangisan yang tidak menghasilkan air mata, tidak mengalir turun di pipi dan tidak menyebabkan mata sembab. Tangisan dan jeritan dari dalam hati. Aku sangat yakin semua manusia di bumi pernah merasakan tangisan yang semacam ini, hanya dalam waktu dan dengan alasan yang berbeda-beda. Tidak terlepas juga dengan aku, putri Allah yang menciptakan alam semesta, bumi dan isinya. Aku merasakan hal yang sama. Lalu.. apa bedanya? Apa pembelaan Bapa untuk aku?

...

"Kamu punya ribuan pembelaan dariKu."
Oh ya..? Pikirku, aku tidak melihat dan tidak mengingat satupun.
"Mari Kutunjukkan satu yang terindah untukmu."
Suara itu begitu lembut dan penuh kasih, tidak ada penuntutan, tidak sedikitpun membuatku tersudut.


Aku tahu apa yang harus kulakukan.
Bagiku tidak asing menjadi orang Kristen, tapi.. masih sangat asing untuk mengenal jalan pikiranNya.
Aku mengambil Alkitab, buku yang penuh janji itu lalu membukanya perlahan-lahan.
66 kitab Perjanjian Lama, 27 kitab Perjanjian Baru
Janji.. janji.. janji..
"Ya, Aku Allah yang menyukai perjanjian, dan Aku tidak pernah ingkar."

Aku berhenti di suatu halaman, suatu halaman yang bertuliskan "Kebahagiaan Orang Fasik Semu"
Lalu aku membaca.. Tidak, tidak ada janji manis yang menjanjikan kesuksesan atau kekayaan kalau aku mengasihiNya. Namun lebih dari itu..

"Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau."
Sebentar.. Apa maksudnya?
"Rumput tumbuh dimanapun, selalu ada dimanapun dan sulit dihitung jumlahnya. Sangat banyak.
Rumput tidak panjang umur, tidak juga dihargai."
Aku rasa itu benar..
"Manusia perlu membuat papan bertuliskan "Dilarang menginjak rumput!" untuk mencegah rumput mati dan rusak. Rumput tidak dikagumi karena keindahan, rumput dengan mudah dicabuti oleh orang-orang yang sembarangan lalu-lalang. Seperti itulah orang yang membuatmu menangis, anakKu. Seperti itulah orang yang menurutmu beruntung dan sukses. Mereka sama seperti rumput, segera lisut dan layu."
Lalu..?
"Menurutmu, siapakah dirimu?"
Aku bukan orang fasik. Aku hidup mengikut kebenaranMu, Bapa.
"Tepat sekali. Sebab itu Kubuat dan Kubentuk kamu berbeda dengan orang fasik. Apakah kamu ingat janjiKu untukmu jika kamu tidak bergaul dan menjadi sama seperti orang fasik?"
Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. Mazmur pasal yang pertama, kan?

Suara itu selalu penuh kasih, namun juga tegas dan berwibawa.
"Pohon yang ditanam di tepi aliran air adalah pohon yang terbaik. Pohon berbeda dengan tumbuhan hijau. Tumbuhan hijau tidak semegah pohon, tidak berbuah sebanyak pohon, tidak sekokoh pohon, tidak memiliki batang yang lebar seperti pohon dan tidak menjadi tempat perlindungan bagi hewan-hewan lainnya. Apakah kamu dapat membayangkan perbedaannya?"
Mmm.. bisa. (Aku mengangguk karena memang aku bisa membayangkannya dengan sangat jelas)

Rumput

Tumbuhan Hijau

Pohon
"Pohon yang ditanam di tepi aliran air tidak pernah kekurangan apapun. Tidak takut akan panas matahari, tidak takut juga kalau terancam bahaya sebab pohon itu tahu kalau dirinya aman berada dekat dengan sumber kehidupan."
Aku terdiam, kata-kata itu seolah menghancurkan tembok ketakutan yang kubangun begitu tinggi selama ini.
"Pohon yang ditanam di tepi aliran air akan selalu berbuah tanpa paksaan sebab ia selalu berkelimpahan. Setiap orang yang melihat pohon itu pasti akan mengatakan pohon itu diberkati. Dan orang-orang akan rindu untuk berada di sekitar pohon yang memberikan keteduhan."
Ternyata.. janji Tuhan begitu dalam.
"Dan.. pohon itu adalah kamu, anakKu. Kamu jauh lebih berharga dari emas dan perak, jauh lebih berharga dari apapun. Rumput tidak sebanding dengan pohon, tumbuhan hijau tidak sebanding dengan rindangnya dirimu. Aku mengasihimu"

* * * * *


Percakapanku dengan Bapa selesai hari itu. Dan akhirnya aku menangis, bukan karena sakit yang kurasakan tapi karena aku merasa begitu dikasihi. Tidak ada alasan untuk membuatku marah terhadap perlakuan jahat orang terhadapku. Seharusnya aku tidak digoyahkan karena apa yang dunia katakan kepadaku. Perlindunganku ialah Bapa dan Ia mengasihiku. Kenyataan itu jauh lebih indah dari apapun.

Bagaimana dengan harimu? Dimanakah kamu meletakkan semua keluh kesah, kemarahan, keraguan bahkan kekuatiranmu? Dimanakah kamu ketika Goliat-mu datang dan menertawakanmu? Jangan bersembunyi, kamu tidak kekurangan pertolongan. Bapaku adalah Bapa yang penuh kasih dan Ia mengasihimu juga. Bapaku hanya sejauh doa..

"TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang yang benar didengarNya" - Amsal 15 : 29 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar