Selasa, 28 Januari 2014

THE GIRLS

Sesuai janji, kali ini gw bakal memberikan bacaan berupa list cewek-cewek cantik dan unik yang jadi bestfriend, close friend or even crazy friend yang sangat spesial. Susah sebenernya kalo mau temenan sama gw, gw lebih ngerasa nyaman temenan sama cowok, tapi mereka sangat spesial dan alay dan fun, jadi mereka masuk ke dalam Top Ten.

1. Ruth Elisa Rumawan
Seperti kaliant tahu, dia my lovely sister, dan foto di atas diambil waktu gw lagi narsis di depan webcam bareng sapinya, Elmo. Hahaha dia sangat kiyut dan small, tapi selera fashionnya bagus, jauh lebih bagus dari gue. But sorry guys, dia udah taken, jadi poor you, tidak ada kesempatan lagi. Hohohow. Dia baik karena kita punya relasi persaudaraan yang super deket, meskipun sering berantem juga sih. But that's the art of life. hahaha isnt it?

2. Grace Jasmine Kurniawan
Yang lagi main biola itulah yang namanya ci Grace. Dia cici sepupu gw, kiyut dan chubby. Gaya bicara dan gaya jalannya khas banget. Cantik dan pinter, hahhaha. Update banget soal buku, film dan lagu. Proud of having a cousin like her!

3. Bestyvina Kartika
Here's betip yang udah berapa kali masuk kesini, eksis eaps. Dia yang bikin gw jadi alay gini, tapi dia superb banget! Dia ngasih gw hadiah yang tidak terduga dan kalo dia cowok, dia termasuk super romantis. Dia agak galak dan suka nyomot makanan orang, dia suka minjemin gw Pou-nya bc i have no gadget. Dia bakal satu SMA sama gw, lafyu beib!

4. Diana Palwinta (Mardiana)

Susah banget nyari foto dia, engap asli, hahaha. Kalo mau tau betapa cantiknya dia, follow aja twitter @dianapalwinta because she's pretty, gak kaya this photo hahaha lol. Dia fashionista yang ngajarin gw how to be a girl dan dia sukses ngasih tips-tips bikin cantik. Gw gatau dia bakal lanjut SMA mana, but it was a pleasure of being her best friend :)

5. Livia Diah K

Temen MC seperjuangan waktu acara Natal KK, dia baik dan pengertian banget. Pengen banget punya ciai kaya dia, selain cici kandung gw sendiri. Dia punya hati yang humble dan baikk banget. Dia selalu cheer people up when they feel down. Dia ngelanjutin di UPH, pray for the best, cici Liv :)

6. Vilia Diah K
Ini dia adik kembarnya ci Liv, gak kalah baiknya, gak kalah cantiknya. Hahaha, dia megang bagian keyboard di band yang mereka miliki. Dan saudara-saudara, dia sudah taken! Dia juga cheer people up when they feel down, gw termasuk orang yang pernah dihibur dan disemangati. Punya hati pelayanan yang luar biasa, ortunya juga gak kalah luar biasa. Proud of ci Vil!

7. Felicia Tjokro
Dia keren banget, dia punya blog tentang make-up yang keren banget banget banget. Dia bisa ngatur blognya jadi super epic dan keren. Hahaha gw envy karena dia punya 8 atau 9 body butter yang terlantar wkwk give it to me, please. Dia juga baik dan dia seperguruan sama Gio Lelo. Iloveher.

8.  -
9. -
10. -

Delapan, sembilan dan sepuluh kosong. Gak ada lagi nama yang masuk di otak gw. So ini bukan top teen tapi special seven. hahaha. Thanks for reasing!

Senin, 27 Januari 2014

Nice Story

Yesus sahabatku
Kau mati bagiku
Besarnya kasih-Mu
Sahabat dan Tuhanku

Sampai 'ku besar nanti
Sampai aku mati
'Ku 'kan ingat selalu
Yesus sahabatku dan Tuhanku

Lagu pendek di atas merupakan salah satu dari sedikit lagu pujian yang sampai saat ini masih membekas di hati saya. Maklum, zaman sekarang ini kita sudah hampir tidak dapat menghitung lagi jumlah lagu-lagu pujian yang diciptakan oleh anak-anak Tuhan, baik untuk didendangkan di gerejanya sendiri ataupun dipublikasikan di khalayak luas. Alhasil, banyak lagu pujian yang saya dengar, tetapi biasanya hanya bertahan sekejap saja didalam ingatan. Hanya sedikit sekali lagu pujian yang masih benar-benar saya ingat. Salah satunya adalah lagu yang saya cantumkan di atas.

Biasanya, lagu yang dapat saya ingat dengan baik, bahkan membekas di hati saya, haruslah memenuhi salah satu dari dua kriteria berikut. Pertama, karena didalam lagu tersebut mungkin ada kata atau frasa tertentu yang memancing keingintahuan saya. Misalnya, lagu “Ku ‘Kan Menari”  yang sering dinyanyikan a la dangdut di persekutuan di berbagai gereja. Saya tertarik sekali mengamati liriknya yang berbunyi “bak urapan di kepala Harun, yang ke janggut dan jubahnya turun…”  Pikir saya, kok tiba-tiba jubah Harun turun? Mengapa ketika minyak urapan itu ada diatas kepalanya dan mengalir ke janggut, lantas jubahnya turun? Hal ini cukup membuat saya tersenyum-senyum sendiri ketika memikirkannya. 

Kedua, sebuah lagu dapat saya ingat betul, karena melaluinya saya dapat mengalami suatu perjumpaan dengan Tuhan. Saya tidak berniat untuk melebih-lebihkan,tetapi memang patut diakui bahwa lagu-lagu tertentu sempat menjadi sarana bagi Tuhan untuk menyampaikan isi hati-Nya kepada saya secara pribadi. Nah, untuk kriteria yang kedua ini, lagu yang saya cantumkan di atas inilah contohnya.

Saudara sekalian tentu tahu, lagu yang berjudul“Yesus Sahabatku”  ini kerap kali dinyanyikan di ibadah sekolah Minggu. Bahkan ada asumsi yang mengatakan bahwa lagu ini adalah lagu khusus anak-anak. Nyatanya, saya memang pertama kali mendengar lagu ini di ibadah sekolah Minggu yang saya ikuti hampir lima belas tahun yang lalu. Kala itu, saya yang masih berusia tiga tahun dibawa oleh Papa dan Mama untuk mengikuti semacam KKR Anak yang sudah tidak saya ingat lagi dimana tempatnya dan siapa penyelenggaranya. Saya juga sudah tidak dapat mengingat lagi acara apa saja yang disajikan di dalam KKR Anak itu. Yang berpendar semu di dalam ingatan saya saat ini adalah warna-warni hitam, hijau, merah, putih, dan kuning yang waktu itu ditampilkan oleh sang pengkhotbah. Pengkhotbah tersebut menggunakan warna-warna sebagai simbol untuk menceritakan dosa manusia dan karya penebusan Kristus di dalam salib. Setelah pengkhotbah itu mengakhiri khotbahnya, lagu “Yesus Sahabatku”  pun dinyanyikan, dan altar call dilangsungkan. Saya juga tidak ingat apakah pada waktu itu saya ikut mengangkat tangan atau tidak. Tapi satu hal yang saya ingat betul adalah lagu “Yesus Sahabatku” itu. Liriknya seolah mempunyai kekuatan Ilahi yang mampu menembus sampai jauh ke dalam hati, bahkan hati anak ingusan berusia tiga tahun yang belum bisa apa-apa itu.

Saat itu, saya ikut menyanyikan lagu itu. Liriknya seolah terpahat kuat di dalam hati dan benak saya! Bahkan setelah acara itu, saya masih dapat menyanyikannya dengan lengkap dan benar. Setelah saya pikir-pikir, yang membuat saya terus mengingat lagu itu adalah kedalaman maknanya. Saya yang pada waktu itu masih kecil dan belum tahu banyak kosakata seperti sekarang ini ternyata dapat mencerna dan mengiyakan kata demi kata sederhana yang dirangkai dengan begitu indah itu. Saya kecil memasukkan kata-kata itu ke bagian hati yang paling dalam. Yesus sahabatku! Dia mati bagiku! Hati saya yang masih polos itu terus berseru menggenapi kata demi kata dari lagu itu. Ketika sampai di bait akhirnya, hati saya turut berjanji. Sampai saya besar nanti, bahkan sampai aku mati, Tuhan Yesus tetap jadi sahabat saya. Mungkin janji itu adalah janji pertama yang mampu saya buat di usia yang masih begitu kecil itu.

Kesan mendalam terhadap lagu itu tidak hanya tercipta pada momen KKR Anak itu saja. Lagu itu juga menjadi alat Tuhan untukmenguatkan saya di masa-masa ketika saya paling berduka. Pada waktu Mama saya meninggal dunia tahun 2005 yang lalu, ada satu momen dimana saya berdiam seorang diri. Saya yang pada waktu itu sudah berumur sepuluh tahun dan baru akan memulai petualangan untuk mencari makna hidup, dikejutkan dengan berita meninggalnya Mama karena kecelakaan sepeda motor. Saya menangis. Tidak ada orang di sana. Saya berbisik memanggil Mama saya di dalam kesunyian itu. Tetapi pikiran saya yang kala itu sudah dipenuhi dengan Enid Blyton dan Aoyama Gosho itu tersadarkan, Mama tidak akan kembali lagi. Lantas dengan lirih, dengan isak tangis yang mengandung berjuta makna itu, saya melantunkan lagu ini. “Yesus sahabatku, Kau mati bagiku…”  Ya, Mama sudah pergi. Tapi Yesus, sahabat saya itu, selalu ada bersama dengan saya! Kekuatan inilah yang memampukan saya menghapus air mata saya pada waktu itu. Kembali di bait akhir lagu itu saya mengulangi janji yang dulu saya buat dengan Tuhan Yesus di usia tiga tahun. “Sampai aku besar nanti, ya Tuhan Yesus, sampai nanti aku mati seperti Mama, Tuhan Yesus akan selalu aku ingat. Tuhan Yesus sahabatku!”

Melalui perjalanan waktu, ketika saya beranjak remaja, saya mulai enggan menyanyikan lagu-lagu yang pernah dinyanyikan di sekolah Minggu. Saya lebih cenderung menyanyikan lagu-lagu kelompok band  kenamaan Indonesia dan mancanegara yang sering muncul di MTV. Lagu “Yesus Sahabatku”  yang sangat saya sukai itu pun akhirnya saya lupakan.“Ah,itu lagu anak-anak!”  pikir saya. “Kata-katanya saja ‘sampai ku besar nanti’ padahal sekarang ‘kan saya sudah besar!”  Jadilah lagu itu tidak pernah lagi saya nyanyikan. Tetapi memang kasih Yesus, sang sahabat yang dinyanyikan di dalam lagu itu, amatlah besar! Di suatu malam, pembacaan Alkitab saya sampai pada injil Yohanes pasal 15. Pada bagian di mana Yesus berkata, “Kamu adalah sahabat-sahabat-Ku,”  saya terdiam. Saya diingatkan kembali akan lagu itu. Saya pun akhirnya kembali menyanyikannya. Bedanya, waktu itu saya menyanyikannya dengan sebuah pemahaman baru, bahwa Tuhan Yesus benar-benar seorang sahabat yang kasihnya amat besar. Sekalipun saya hampir melupakan lagu kenangan saya dengan-Nya, Ia tetap setia mengingatkan saya dan menarik saya kembali kepada-Nya.

Sekarang, ketika saya sudah hampir menghabiskan usia delapan belas saya, lagu tersebut masih menjadi alat untuk Tuhan berbicara kepada saya di dalam pergumulan pribadi saya. Sebagai mahasiswa seminari yang ketika pulang selalu mendapat pujian dari jemaat gereja, saya cenderung mudah lupa diri. Saya cenderung mudah menjadi besar kepala. Saya toh tidak mengecewakan gereja yang telah mensponsori studi saya. Saya pulang dengan hasil studi yang baik. Kenyataan ini membuat saya merasa diri sebagai orang “besar”. Tetapi kemudian ketika saya menyenandungkan lagu “Yesus Sahabatku”  itu, saya dibuat Tuhan terhenyak, sekali lagi pada bait akhir lagu itu.

“Sampai ‘ku besar nanti….”

Kapan kamu akan menjadi besar, Mia? Ingatkah bahwa dirimu hanyalah anak kecil-Ku yang Kukasihi? Anak kecil yang tangannya terus kugenggam dan tidak pernah Kulepaskan ketika ia menjalani lorong-lorong hidupnya. Anak kecil yang selalu Kudekap ketika menangis, yang selalu Kupeluk ketika kesepian, yang selalu Kugendong ketika ketakutan, yang selalu Kutopang bila hampir jatuh? Sampai kapan, kapan waktunya engkau menjadi cukup besar untuk bisa berjalan sendiri, menjalani hidupmu yang rute-nya di depan belum kauketahui secara pasti? Sampai kapan, kapan waktunya engkau menjadi cukup besaruntuk mengaku bahwa dirimu adalah orang besar?”

Saya terdiam.

Ya, Tuhan. Aku hanya anak kecil-Mu. Anak kecil bodoh yang sekalipun sudah diajari berulang-ulang untuk melakukan kebenaran firman-Mu tetap saja gagal melulu. Anak kecil yang tidak bisa mengupayakan penghidupannya sendiri dan hanya selalu bisa meminta kepada-Mu. Anak kecil yang bahkan tidak bisa mengatasi dosa-dosanya sendiri, yang untuk itu ia harus bergantung hanya kepada-Mu dan salib-Mu yang mulia itu. Tuhan, aku hanyalah anak kecil-Mu. Ingatkan aku terus kalau aku ini hanya anak kecil-Mu. Anak kecil yang Kau anugerahi begitu limpah. Aku hanya anak kecil, yang tidak akan pernah bisa cukup besar untuk menjadi ‘besar’

"Sampai ‘ku besar nanti…”

Oh, Tuhan. Aku bahkan tidak pernah cukup besar untuk menjadi besar.