Selasa, 05 Maret 2019

From Wonders to Wonders

Beberapa waktu lalu, aku memutuskan untuk mengubah pengaturan blog ini menjadi private. Pikirku, ada terlalu banyak hal memalukan dan alay di sini. Meskipun beberapa temanku seringkali membahas seberapa mereka diberkati lewat postingan blog ini, aku tetap berpikir bahwa blog ini harus ditutup. Aku juga sempat mempertimbangkan untuk membuat kontennya menjadi bahasa Inggris. Namun, aku mulai belajar percaya suatu hal baru hari-hari ini. Aku belajar percaya bahwa bahasa Indonesia adalah salah satu kuas yang Tuhan beri untuk kanvasku ini.

Bahasa Indonesia itu bahasa yang indah. Walaupun jumlah kosa katanya sangat sedikit bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, pengguna bahasa Indonesia sangat banyak. Kalau dipelajari dengan sungguh-sungguh, bahasa ini akan jadi sangat powerful dan memberkati banyak orang.

Soo... mari kita mulai menyelam ke dalam salah satu kisahku yang lain, kali ini dengan bahasa Indonesia ya!

                                                                    * * * * *

Kata orang kalau kebanyakan makan yang asin-asin, lidah kita akan jadi kurang peka rasa asin itu sendiri. Akibatnya kalau ada suatu masakan, pendapat orang bisa beda-beda. Ada yang bilang asin banget, ada juga yang bilang biasa aja. Tergantung kebiasaan orangnya, sering makan makanan asin atau engga. Tapi yang pasti, dalam makanan itu memang ada kandungan garamnya.

Sama juga kaya orang Kristen. Kalau kebanyakan denger hal-hal yang rohani, kadang-kadang suka jadi ga peka kalau Tuhan itu ada dan masih akan terus ada dalam hidup kita. Seberapa sering sih kita denger ada yang bilang "gua berasa hidup gua lagi flat-flat aja nih.. ga berasa ada Tuhannya". Padahal mau gimanapun kondisinya, Tuhan selalu ada. Sensori kita aja yang terbatas, jadi suka ga peka sama kehadiran Tuhan.

Sebenernya kejadian di atas baru aja aku alami minggu-minggu ini. Aku berasa kayanya ada yang aneh sama hidupku. Mau bilang Tuhan ada tapi ga kerasa, mau bilang Tuhan gak ada ga berani juga. Jadinya... gantung aja gitu rasanya. Kebiasaan burukku kalau udah ngalamin masa-masa kaya gini adalah aku akan otomatis bilang: "udahan aja kali ya ikut Tuhan nya.. ngapain radikal-radikal amat. Kayanya harus mulai coba hal lain." Dalam pikiranku, ikut Tuhan itu kaya suatu profesi. Kalau udah bosen, bisa mulai cari-cari kesibukan baru.

Pemikiran itu terus berlanjut sampai ibadah Youth hari Sabtu. Aku suka duduk di bagian depan bareng teman-teman yang lain. Biasanya, ibadah Youth bakal nampilin lagu-lagu dan kreativitas yang anak muda banget. Tapi entah kenapa hari itu mereka nyanyiin lagu yang udah cukup lama. Judulnya Shout to the Lord punya Hillsong United. Unexpected banget, karena Tuhan jadi ingetin dan ajarin aku sesuatu lewat lagu ini. Lagu ini adalah salah satu lagu kesukaan untuk aku bawain waktu aku jadi WL di sekolah dulu.

Aku inget pertama kali aku jadi WL itu di SMP kelas 7. Waktu itu, guru PAK-ku marah-marah karena setiap kali ibadah siswa, WL nya main-main dan gak serius. Jaman itu disebutnya liturgis sih.. istilah WL belum ngetrend kaya sekarang. Setiap kali ibadah, lagu yang dipake itu-itu aja. Doa gak pernah serius, keliatan banget gak niatnya. Setelah menahan kesal cukup lama, akhirnya guru PAK-ku marah juga. Pada masa itu, sebenarnya yang boleh jadi WL cuma anak-anak kelas 8 dan 9, tapi karena udah gerah akhirnya randomly aku ditunjuk. Super deg-degan banget sih. Ditambah masa itu aku bersekolah di tempat yang ibadahnya agak terbatas dalam penggunaan jenis-jenis alat musik atau ekspresi semacam tepuk tangan. Bingung juga mau lakukan perubahan kaya apa.. Seminggu kemudian, jadilah aku Hanna si WL. Tidak banyak yang berubah. Perbedaaannya cuma satu, gak ada yang ketawa-tawa jadinya guru PAK-ku gak marah lagi.

Aku gak pernah menyangka titik itu adalah awal perjalanan Tuhan membawaku dari keajaiban yang satu ke keajaiban yang lain. Bulan-bulan berikutnya, aku menemukan diriku jadi WL lagi. Kali ini, dengan persiapan yang lebih matang. Aku jadi deket sama beberapa kakak kelas yang jago main gitar dan satu les Mandarin (hidup tim les Mandarin! Guys, if u read this, seriously much love). Aku pun mulai berpikir bisa berikan apa untuk ibadah siswa ini. Akhirnya, mulai nyanyiin lagu-lagu yang lebih beragam, kadang juga dengan aransemen musik yang lucu-lucu. Biar lebih anak muda sedikit, pikirku. Jadi WL pun bukan sesuatu yang membebani kalau dijalani sama-sama orang yang cinta Tuhan.

Kesenanganku ga berlangsung lama. Aku sempat jadi khawatir waktu angkatan di atasku lulus dan pindah ke SMA yang berbeda semuanya. Ini artinya, aku akan semakin sering jadi WL dengan tim musik yang terbatas. Aku benar-benar takut waktu itu. Namun sepertinya Tuhan berhasil menerjemahkan ketakutanku ke guru-guru. Ibadah siswa SMP dan SMA digabung. Artinya.. lebih banyak sumber daya! Ruang ibadah pun dipindahkan. Dari aula kecil di sekolah jadi ruang remaja di gereja. Dari ibadah yang hanya berisi 30 orang berubah jadi 70 orang. Deg-degan ga? Iya tentu saja. Apalagi sekarang ngomong dan nyanyi harus pakai mic. Kalau fals pasti kedengeran banget...

Aku inget di satu ibadah gabungan SMP-SMA itu, aku bawain lagu Shout to the Lord ini. Dan untuk pertama kalinya, aku ngeliat temen-temenku nyanyi gak dengan muka datar. Ada yang senyum, ada juga yang nyanyi sambil tutup mata dan sungguh hati. Untuk pertama kalinya, aku ngeliat temen-temenku nyembah Tuhan. Untuk pertama kalinya, aku tau kalau Tuhan itu bener-bener ada walaupun temen-temenku super bandel. Berikut-berikutnya, teman-teman WL yang lain jadi semakin berani untuk sungguh-sungguh waktu pimpin ibadah. Beberapa dari mereka juga jadi mau ke gereja, bahkan komsel bareng sama aku. Gak sedikit yang nanya-nanya tentang Tuhan dan masih percaya sampai hari ini.

Perjalanannya ga berhenti sampai di sana.. aku diajak Tuhan untuk menuju keajaiban lainnya. Ibadah Natal terakhir sebelum aku lulus dari SMP ini dan pindah ke SMA baru. Kali ini di panggung yang lebih tinggi, ruang yang lebih besar, dan dengan jemaat yang lebih banyak. Dengan hati yang sama dan dengan kerinduang yang sama. Aku mau lihat orang sungguh-sungguh ketemu Tuhan. Aku tau Tuhan lagi ajarkan aku berbicara di depan banyak orang. Tuhan lagi ajarkan aku menyampaikan kebenaran tanpa menghakimi sikap mereka. Tuhan lagi ajarkan aku ngejokes dan narik perhatian mereka yang bosan untuk tetap fokus sama Tuhan. Tuhan lagi ajarkan aku hal-hal yang aku gak mengira akan berguna sekali hari-hari ini.

Singkat cerita, di SMA baruku aku kembali kena tunjuk jadi WL. Padahal aku udah sengaja ambil seni tari dibanding seni musik, biar ga dipilih untuk jadi WL lagi. Aku takut, jumlah total siswa di SMA-ku kalau sekali ibadah bisa 300an orang. Tapi aku rasa Tuhan suka sekali mengajak kita menerobos batasan dan menunjukkan pada kita bahwa semua bisa dilalui asal sama Tuhan. Beberapa kali aku kena jadi WL, gak jarang juga dikirim ke gereja-gereja lain untuk bawain persembahan pujian. Di titik ini, aku harus akui, guys, suaraku tuh bener-bener biasa aja. Range suaraku juga pendek, jangkauan nada yang bisa diraih sangat terbatas. Ada banyak banget temen-temen lain yang bisa nyanyi dengan teknik macem-macem sampe kadang buat aku berasa suaraku kaya ayam. Tapi aku mengerti, Tuhan ga cari penyanyi. Dia cari penyembah.

Belajar menjadi imam selama 6 tahun mengajarkanku untuk berani bicara di depan umum. Aku belajar untuk gak hanya nyanyiin lagu yang lagi hits atau berlirik bagus, tapi menyanyikan lagu yang Tuhan inginkan. Gaya hidup ini aku bawa terus di komselku, dari satu komsel ke komsel lainnya. Dari komsel berlima sampai liat hari ini ada puluhan anak-anak yang Tuhan percayakan. Tuhan bawa aku dari satu keajaiban ke keajaiban lainnya.

Hari ini aku memang gak lagi berdiri sebagai seorang WL. Tuhan bawa aku ke satu keajaiban dimana aku dikasih kesempatan pegang mic dan berdiri di mimbar untuk mengajar orang-orang. Mengajar orang-orang yang lebih muda, seumuran, dan lebih tua dariku. Aku dibawa ke satu keajaiban yang membawaku mempertajam karunia-karuniaku. Semuanya dimulai dari jadi WL yang gak ketawa-tawa sekitar 7 tahun yang lalu...

Tuhan suka sekali sama orang-orang yang bersungguh hati. Walaupun keliatannya peran kita kecil dan ga signifikan, tapi Tuhan lihat dan perhatikan kok. Dia suka membawa kamu ke hal-hal besar dan ajaib, dimulai dari kesetiaan kita.

 "You are the God of great wonders!" - Psalm 77:14a (NLT)