Minggu, 26 November 2017

Fishing Sounds Promising

Kata Simon Petrus kepada mereka : "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. - Yohanes 21 : 3


Berjalan bersama TUHAN artinya mengalami pemulihan sampai ke area-area terkecil yang tidak kamu bayangkan sebelumnya. Mengizinkan Pribadi itu menjelajahi kedalaman hatimu dan mengoreksi bagian-bagian yang salah. Menjadi transparan dan berada dalam peremukan untuk dimurnikan lagi dan lagi. Menyerahkan seluruhnya ke dalam tanganNya dan percaya bahwa Ia menuntunmu menuju kemenangan demi kemenangan. Untuk sebuah tujuan akhir mencapai keserupaan Kristus.

Setidaknya itulah yang kupercaya sampai kemarin. Bagiku, bertahun-tahun mengikut TUHAN bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi aku tidak keberatan untuk terus berjalan bersamaNya. I easily say, "Tuhan, Kau boleh koreksi bagian manapun dalam hidupku, You can take every part You want, aku siap dibentuk". Lalu aku berjalan dengan penuh kepercayaan diri. Dalam satu tahun terakhir, ada begitu banyak penyerahan hak yang aku alami. Penyerahan hak atas nilai dan masa depan, penyerahan hak atas keharmonisan keluarga, penyerahan hak atas kemampuan memutuskan pilihan sendiri, penyerahan hak atas teman-teman terdekat yang mulai pergi satu per satu, penyerahan hak atas zona nyaman. Semuanya butuh perjuangan, tapi katanya, "mengikut Yesus itulah kesukaan hatiku, kulepas semua hakku untuk mengenal kehendakNya di hidupku." Nyatanya, Ia tidak mempermalukanku atau meninggalkanku selama proses itu kujalani.

Minggu-minggu terakhir, TUHAN membawaku untuk tinggal di satu tempat yang tidak sesuai kehendakku. Jarak sejauh 30 km harus aku tempuh setiap hari dari rumah ke gereja. Perhitunganku mengatakan, jarak sejauh ini telah menghabiskan uang, waktu, tenaga, serta menghancurkan jadwalku. Jadwal pemuridan, jadwal komsel, jadwal "melayani TUHAN" yang menjadi keseharianku selama ini. Di sisi lain aku memang jadi lebih dekat dengan universitas dimana aku berkuliah, sehingga aku dapat melewati UTS dengan baik. Beberapa hari yang lalu, nilai UTS ku keluar dan hasilnya sangat memuaskan, tapi.. tidak spektakuler. Tiba-tiba.. ada perasaan menggelitik yang muncul dalam hati, "Apa kamu puas dengan nilai ini?" Lalu aku menjawab, "Iya, ini yang terbaik dari TUHAN." Lalu suara itu berkata.. 'Hmm.. padahal dulu nilaimu selalu spektakuler loh. Harusnya kamu tidak puas, seperti yang dulu kamu lakukan di SMA. Harusnya kamu belajar lebih keras, harusnya kamu menjawab lebih panjang dan detail, harusnya kamu lebih ambisius lagi." Lalu aku terdiam.. "Is it? Bukannya aku sedang melakukan apa yang benar? Aku bersyukur atas nilaiku loh.. Why it feels so weird?" Tidak ada jawaban, namun pertanyaannya membekas sampai seminggu di pikiranku.

Keesokan harinya, aku melihat bagaimana orang-orang di sekitarku mengejar nilai, persis seperti apa yang kulakukan dulu sebelum aku mengerti bahwa penerimaan dan keberhargaan diriku tidak bergantung pada seberapa tinggi nilaiku di sekolah. Namun, melihat lingkungan sekitarku belajar begitu keras membuatku bingung dan ragu apakah aku sedang memegang identitas yang benar atau aku sedang menjadi si pemalas. Aku ragu apakah aku sedang melepaskan hakku untuk menjadi perfectionist  atau aku sedang pasrah tanpa usaha. Aku ragu.. jangan-jangan TUHAN tidak menghendaki hal ini. Hari itu aku diliputi rasa ketakutan akan nilai, persis seperti yang kualami selama hari-hari sekolahku dulu. "Mungkin aku harus sedikit lebih semangat, seperti dulu", pikirku.

                                                                    * * * * *

Yesus mati. Sosok yang dipercaya sebagai Mesias itu sudah tiada. Kesedihan dirasakan murid-muridNya. Pengharapan mereka seolah hilang, tidak tahu harus berbuat apa. Semuanya terasa begitu cepat dan masih sulit menerima kenyataan bahwa Yesus telah tiada. Namun, setidaknya Maria Magdalena ingin mendatangi kubur Yesus. Wanita itu adalah salah seorang murid yang dekat dengan Yesus selama masa Yesus melayani, tentu saja ia mengalami rasa sedih dan kehilangan yang mendalam. Terlebih sedih hati Maria Magdalena melihat kubur itu kosong dan batu penutup gua itu sudah terguling. "Mayat Yesus dicuri orang!" pikir Maria saat itu. Spontan ia memberitahukan hal itu ke murid-murid yang lain, termasuk Simon Petrus. Murid-murid berlari ke kubur Yesus, penuh rasa kaget dan penasaran. Ternyata benar.. mayatnya sudah tidak ada. Lalu mereka kembali, karena tidak mengerti harus berbuat apa.

Maria Magdalena berdiri dekat kubur itu.. ia menangis dengan sedihnya. Pengharapan Maria bukan saja mati, tapi kini dilihat oleh matapun sudah tidak ada. Ia berjalan masuk ke dalam kubur itu, lalu ia melihat dua malaikat di sana. Yesus menampakkan diri kepada Maria. Sederhana, agar Maria tahu bahwa ia tidak perlu menangis. Pengharapannya tidak hilang. Pengharapannya telah bangkit dan mengalahkan maut. Maria tidak sedang melepaskan haknya untuk kemudian hidup tanpa pertanggungjawaban. Yesus, yang ia percaya sepenuh hati, adalah Mesias yang benar-benar adalah pengharapan sejati dan mau bertanggungjawab atas hidup Maria Magdalena.

Tidak berhenti sampai di sana, Yesus juga menampakkan diri kepada murid-muridNya. Kesebelas muridNya melihat hal itu, bahkan Yesus menjanjikan damai sejahtera buat setiap mereka. Pengharapan tidak hilang, damai sejahtera ditambahkan. Tujuannya sama, untuk menyadarkan murid-muridNya bahwa mengikut Yesus memang bukan sesuatu yang murah dan Yesus tidak akan membiarkan hidup mereka menjadi murahan. Lebih dari itu, Yesus sangat amat peduli pada setiap pribadi yang setia bersama denganNya. Sekali lagi Yesus menampakkan diriNya untuk membuat Tomas, seorang murid yang sulit percaya sebelum melihat, menjadi percaya. Ia mengizinkan Tomas memegang bekas luka di tanganNya. Hanya untuk satu tujuan, agar Tomas percaya bahwa Mesias itu memang berkuasa atas segalanya, termasuk maut, dunia dan segala isinya. Artinya, ia juga berkuasa atas Tomas dan segala yang ada dalam hidup Tomas.

Tetapi, tiga kali Yesus menyatakan diri kepada murid-murid seolah belum juga cukup untuk meyakinkan bahwa Yesus yang diikuti murid-murid selama 3,5 tahun itu benar-benar seorang Mesias. Suatu malam, di sebuah pantai, Petrus dan beberapa orang murid memutuskan untuk kembali ke kehidupan dan pekerjaan yang dulu mereka lakukan sebelum sepenuhnya mengikut Yesus, yaitu menjadi penjala ikan. Mereka membuat identitas "penjala manusia" yang diberikan Yesus dan memilih untuk melakukan kebiasaan lama. Sebab mereka ragu apakah identitas penjala manusia mampu membuat mereka bertahan hidup. Lebih baik mereka kembali menjadi manusia biasa, tidak pakai istilah pengikut Yesus, mencari pekerjaan layaknya orang normal lainnya. Itu terlihat lebih menjanjikan.

Keputusan murid-murid tidak membuat Yesus berhenti mengasihi mereka. Yesus memberkati mereka dengan begitu banyak ikan hasil penjalaan, bahkan Yesus membuatkan sarapan untuk mereka. Again, Yesus membuktikan bahwa Ia memelihara dengan cara yang berlipat kali ganda. Tidak kekurangan sedikitpun, malah berkelimpahan. Menjadi penjala manusia, tidak membuat murid-murid akan mati kelaparan kekurangan makanan (ikan) untuk bertahan hidup. Menjadi penjala manusia lebih luar biasa dari masalah hidup dan mati karena makanan. PemeliharaanNya lebih dari itu.

(Rangkuman dan perenungan dari Yohanes 20:1 - 21:19)

                                                                    * * * * *

Itulah aku. Berkali-kali TUHAN membuktikan bahwa melepaskan identitas lamaku dan meninggalkan kehidupanku yang lama tidak akan membuatku kekurangan, tetapi berkali-kali juga aku ragu dan tergoda untuk kembali ke kehidupan lamaku. Menjala ikan selalu terlihat lebih menarik. Sedikit saja ada yang tidak sesuai, aku mulai berpikir untuk kembali melakukan hal yang dulu. Kelihatannya kemegahan dan kejayaan di masa laluku terlihat lebih baik daripada penyertaan TUHAN. 

Seberapa sering kamu merasa ragu untuk menyerahkan hakmu, kehidupanmu dan zona nyamanmu sepenuhnya? Seberapa sering kamu merasa ingin kembali ke kehidupan lamamu karena hari-hari yang kamu jalani saat ini terasa sedikit lebih sulit? Seberapa sering kamu takut hidupmu tidak dipelihara TUHAN? Ketahuilah, Dia tidak pernah main-main saat memilih dan memanggilmu. Jadi pemeliharaan atasmu bukanlah pemeliharaan yang murah, tetapi suatu anugerah. Tidak semudah membaca tulisan ini, tetapi berjalan bersama TUHAN memang penuh pemulihan. Termasuk di sisi-sisi yang tersembunyi.

Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." - Yohanes 21:19b


 special thanks to ci Titin <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar