Selasa, 05 Maret 2019

From Wonders to Wonders

Beberapa waktu lalu, aku memutuskan untuk mengubah pengaturan blog ini menjadi private. Pikirku, ada terlalu banyak hal memalukan dan alay di sini. Meskipun beberapa temanku seringkali membahas seberapa mereka diberkati lewat postingan blog ini, aku tetap berpikir bahwa blog ini harus ditutup. Aku juga sempat mempertimbangkan untuk membuat kontennya menjadi bahasa Inggris. Namun, aku mulai belajar percaya suatu hal baru hari-hari ini. Aku belajar percaya bahwa bahasa Indonesia adalah salah satu kuas yang Tuhan beri untuk kanvasku ini.

Bahasa Indonesia itu bahasa yang indah. Walaupun jumlah kosa katanya sangat sedikit bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, pengguna bahasa Indonesia sangat banyak. Kalau dipelajari dengan sungguh-sungguh, bahasa ini akan jadi sangat powerful dan memberkati banyak orang.

Soo... mari kita mulai menyelam ke dalam salah satu kisahku yang lain, kali ini dengan bahasa Indonesia ya!

                                                                    * * * * *

Kata orang kalau kebanyakan makan yang asin-asin, lidah kita akan jadi kurang peka rasa asin itu sendiri. Akibatnya kalau ada suatu masakan, pendapat orang bisa beda-beda. Ada yang bilang asin banget, ada juga yang bilang biasa aja. Tergantung kebiasaan orangnya, sering makan makanan asin atau engga. Tapi yang pasti, dalam makanan itu memang ada kandungan garamnya.

Sama juga kaya orang Kristen. Kalau kebanyakan denger hal-hal yang rohani, kadang-kadang suka jadi ga peka kalau Tuhan itu ada dan masih akan terus ada dalam hidup kita. Seberapa sering sih kita denger ada yang bilang "gua berasa hidup gua lagi flat-flat aja nih.. ga berasa ada Tuhannya". Padahal mau gimanapun kondisinya, Tuhan selalu ada. Sensori kita aja yang terbatas, jadi suka ga peka sama kehadiran Tuhan.

Sebenernya kejadian di atas baru aja aku alami minggu-minggu ini. Aku berasa kayanya ada yang aneh sama hidupku. Mau bilang Tuhan ada tapi ga kerasa, mau bilang Tuhan gak ada ga berani juga. Jadinya... gantung aja gitu rasanya. Kebiasaan burukku kalau udah ngalamin masa-masa kaya gini adalah aku akan otomatis bilang: "udahan aja kali ya ikut Tuhan nya.. ngapain radikal-radikal amat. Kayanya harus mulai coba hal lain." Dalam pikiranku, ikut Tuhan itu kaya suatu profesi. Kalau udah bosen, bisa mulai cari-cari kesibukan baru.

Pemikiran itu terus berlanjut sampai ibadah Youth hari Sabtu. Aku suka duduk di bagian depan bareng teman-teman yang lain. Biasanya, ibadah Youth bakal nampilin lagu-lagu dan kreativitas yang anak muda banget. Tapi entah kenapa hari itu mereka nyanyiin lagu yang udah cukup lama. Judulnya Shout to the Lord punya Hillsong United. Unexpected banget, karena Tuhan jadi ingetin dan ajarin aku sesuatu lewat lagu ini. Lagu ini adalah salah satu lagu kesukaan untuk aku bawain waktu aku jadi WL di sekolah dulu.

Aku inget pertama kali aku jadi WL itu di SMP kelas 7. Waktu itu, guru PAK-ku marah-marah karena setiap kali ibadah siswa, WL nya main-main dan gak serius. Jaman itu disebutnya liturgis sih.. istilah WL belum ngetrend kaya sekarang. Setiap kali ibadah, lagu yang dipake itu-itu aja. Doa gak pernah serius, keliatan banget gak niatnya. Setelah menahan kesal cukup lama, akhirnya guru PAK-ku marah juga. Pada masa itu, sebenarnya yang boleh jadi WL cuma anak-anak kelas 8 dan 9, tapi karena udah gerah akhirnya randomly aku ditunjuk. Super deg-degan banget sih. Ditambah masa itu aku bersekolah di tempat yang ibadahnya agak terbatas dalam penggunaan jenis-jenis alat musik atau ekspresi semacam tepuk tangan. Bingung juga mau lakukan perubahan kaya apa.. Seminggu kemudian, jadilah aku Hanna si WL. Tidak banyak yang berubah. Perbedaaannya cuma satu, gak ada yang ketawa-tawa jadinya guru PAK-ku gak marah lagi.

Aku gak pernah menyangka titik itu adalah awal perjalanan Tuhan membawaku dari keajaiban yang satu ke keajaiban yang lain. Bulan-bulan berikutnya, aku menemukan diriku jadi WL lagi. Kali ini, dengan persiapan yang lebih matang. Aku jadi deket sama beberapa kakak kelas yang jago main gitar dan satu les Mandarin (hidup tim les Mandarin! Guys, if u read this, seriously much love). Aku pun mulai berpikir bisa berikan apa untuk ibadah siswa ini. Akhirnya, mulai nyanyiin lagu-lagu yang lebih beragam, kadang juga dengan aransemen musik yang lucu-lucu. Biar lebih anak muda sedikit, pikirku. Jadi WL pun bukan sesuatu yang membebani kalau dijalani sama-sama orang yang cinta Tuhan.

Kesenanganku ga berlangsung lama. Aku sempat jadi khawatir waktu angkatan di atasku lulus dan pindah ke SMA yang berbeda semuanya. Ini artinya, aku akan semakin sering jadi WL dengan tim musik yang terbatas. Aku benar-benar takut waktu itu. Namun sepertinya Tuhan berhasil menerjemahkan ketakutanku ke guru-guru. Ibadah siswa SMP dan SMA digabung. Artinya.. lebih banyak sumber daya! Ruang ibadah pun dipindahkan. Dari aula kecil di sekolah jadi ruang remaja di gereja. Dari ibadah yang hanya berisi 30 orang berubah jadi 70 orang. Deg-degan ga? Iya tentu saja. Apalagi sekarang ngomong dan nyanyi harus pakai mic. Kalau fals pasti kedengeran banget...

Aku inget di satu ibadah gabungan SMP-SMA itu, aku bawain lagu Shout to the Lord ini. Dan untuk pertama kalinya, aku ngeliat temen-temenku nyanyi gak dengan muka datar. Ada yang senyum, ada juga yang nyanyi sambil tutup mata dan sungguh hati. Untuk pertama kalinya, aku ngeliat temen-temenku nyembah Tuhan. Untuk pertama kalinya, aku tau kalau Tuhan itu bener-bener ada walaupun temen-temenku super bandel. Berikut-berikutnya, teman-teman WL yang lain jadi semakin berani untuk sungguh-sungguh waktu pimpin ibadah. Beberapa dari mereka juga jadi mau ke gereja, bahkan komsel bareng sama aku. Gak sedikit yang nanya-nanya tentang Tuhan dan masih percaya sampai hari ini.

Perjalanannya ga berhenti sampai di sana.. aku diajak Tuhan untuk menuju keajaiban lainnya. Ibadah Natal terakhir sebelum aku lulus dari SMP ini dan pindah ke SMA baru. Kali ini di panggung yang lebih tinggi, ruang yang lebih besar, dan dengan jemaat yang lebih banyak. Dengan hati yang sama dan dengan kerinduang yang sama. Aku mau lihat orang sungguh-sungguh ketemu Tuhan. Aku tau Tuhan lagi ajarkan aku berbicara di depan banyak orang. Tuhan lagi ajarkan aku menyampaikan kebenaran tanpa menghakimi sikap mereka. Tuhan lagi ajarkan aku ngejokes dan narik perhatian mereka yang bosan untuk tetap fokus sama Tuhan. Tuhan lagi ajarkan aku hal-hal yang aku gak mengira akan berguna sekali hari-hari ini.

Singkat cerita, di SMA baruku aku kembali kena tunjuk jadi WL. Padahal aku udah sengaja ambil seni tari dibanding seni musik, biar ga dipilih untuk jadi WL lagi. Aku takut, jumlah total siswa di SMA-ku kalau sekali ibadah bisa 300an orang. Tapi aku rasa Tuhan suka sekali mengajak kita menerobos batasan dan menunjukkan pada kita bahwa semua bisa dilalui asal sama Tuhan. Beberapa kali aku kena jadi WL, gak jarang juga dikirim ke gereja-gereja lain untuk bawain persembahan pujian. Di titik ini, aku harus akui, guys, suaraku tuh bener-bener biasa aja. Range suaraku juga pendek, jangkauan nada yang bisa diraih sangat terbatas. Ada banyak banget temen-temen lain yang bisa nyanyi dengan teknik macem-macem sampe kadang buat aku berasa suaraku kaya ayam. Tapi aku mengerti, Tuhan ga cari penyanyi. Dia cari penyembah.

Belajar menjadi imam selama 6 tahun mengajarkanku untuk berani bicara di depan umum. Aku belajar untuk gak hanya nyanyiin lagu yang lagi hits atau berlirik bagus, tapi menyanyikan lagu yang Tuhan inginkan. Gaya hidup ini aku bawa terus di komselku, dari satu komsel ke komsel lainnya. Dari komsel berlima sampai liat hari ini ada puluhan anak-anak yang Tuhan percayakan. Tuhan bawa aku dari satu keajaiban ke keajaiban lainnya.

Hari ini aku memang gak lagi berdiri sebagai seorang WL. Tuhan bawa aku ke satu keajaiban dimana aku dikasih kesempatan pegang mic dan berdiri di mimbar untuk mengajar orang-orang. Mengajar orang-orang yang lebih muda, seumuran, dan lebih tua dariku. Aku dibawa ke satu keajaiban yang membawaku mempertajam karunia-karuniaku. Semuanya dimulai dari jadi WL yang gak ketawa-tawa sekitar 7 tahun yang lalu...

Tuhan suka sekali sama orang-orang yang bersungguh hati. Walaupun keliatannya peran kita kecil dan ga signifikan, tapi Tuhan lihat dan perhatikan kok. Dia suka membawa kamu ke hal-hal besar dan ajaib, dimulai dari kesetiaan kita.

 "You are the God of great wonders!" - Psalm 77:14a (NLT)



Selasa, 13 Maret 2018

Priced A Slave

Lately, my days were only filled with music and on-screen activities that made me so bored. ESTJ has no pleasure with nothing to do. So do I, I don't enjoy any unproductive days, think it's such an act of wasting time. And waiting for so many unsure things has driven me crazy. My brain needed work-out to keep it healthy, anyway. Simply, I really missed those busy moments where I looked so productive and active and.. everything was placed at its finest.

Two or three weeks ago, I stated that GOD superbly need my HELP about what to do with MY LIFE because for me it seems like He has removed so many good moments and added too many bad scenes in my life. I thought that God has lost His power and ability to bring goodness to me (based on Romans 8:28). I ignored every promises He reminded me by "Is it? I think that's just another i-wish powerless empty words coming from my very conscious mind and that is not coming from YOU." I spent 3 days watching romance series, something I've never done before. Seriously, I've never been into any games, movie series or any addictive entertainments. I'm only addicted to Him all my life.

But.. this kind of situation defeated my very last faith and stabbed me down to disappointment. I remember, one day I planned to go on a night-out with my high school friends. During my east-to-west journey there (a mall located in West Jakarta) the sky got cloudy and darker. My spontaneous response would be "God, please hold the rain until I arrive there", but my stubbornness said "Just make it happen and rain over me! I'm NOT going to ask nor beg You to stop it." But the sky remained content, not even a single drop fell to my skin. LUCKY me, I said.

Day turned to night, I had fun with my gangs and decided to stay the night in my bestie's house. We went to a mini market near her house to buy snacks and deep inside I wanted this one kind of snack that I haven't eaten it for a pretty long time. There, I found the snack I want was on sale and it made me very happy although it's just a small matter. "Woo.. look at you!" she said. "How He cares about you and your little wishes, you're not just LUCKY, but you are BLESSED, Hanna." I hardly grinned at her. Maybe she was right but.. I'm hating Him now, aren't I?

"But if the ox gores a slave, either male or female, the animal's owner must pay the slave's owner thirty silver coins and the ox must be stoned" - Exodus 21:32 (NLT)

This verse was the first one coming when finally I decided to open my Bible again and finish my cranky action. "What? Are you kidding me? I'm disappointed for weeks and You want me to read Moses' law? Even in my good mood I will barely understand what it means. You don't love me. That's the point," I protested Him. 
"Thirty silver coins, that's My price," He gently answered me. 
"Wait.. what do You mean?"
"I was priced like a slave gored by an ox to save you from sufferings and disappointments. I told Moses the law and I fully understand what it brings. It brings Me to thirty silver coins price to show My love for you. How could I not pay all My attention to your life if I have given everything to you?"

* * * * *

Look at you, look at your life! If you can't see anything good there, I'm telling you that I was standing there with the same depressions, sadness, disappointments, regrets and impatient feelings. But.. DON'T STOP! This is just one or two chapter away until the goodness will be seen. He was priced a slave for you. For you, yes, the one who read this right now. Don't lose your hope! 

For this is how God loved the world: He gave His one and only Son, so that everyone who believes in Him will not perish and have eternal life. (John 3:16)


 





Selasa, 30 Januari 2018

Your Deeply-Loved Isaac

Have you ever wonder what WORSHIP is all about? We have commonly hear this word all around the churches and the places we say we are gathering to glorify and search for His will. But, simply this generation and trend has changed the meaning of worship into ear-satisfying songs and high-skilled instrumental chords that blow our minds. Those beautiful stage lights too, maybe. We easily say that we worship GOD when we raise our hands high in the air and sing loudly just as dramatic as the worship leader does. Confidently say that we've been worshiping GOD that way.

Is that worship? This reality keeps me thinking and wondering if WORSHIP is just about those rituals, physical gestures, face expressions and so on, why are we, the Christians, are well-known for being a worshiper? Are we good at maintaining face expressions.. or maybe we don't understand anything about WORSHIP at all.


* * * * *

"Abraham's Faith Tested" has become the title of the first part in Genesis 22 where the word 'worship' was firstly introduced to all Bible readers in the world. It is very unique and interesting to enjoy the story and also to gain as many as possible lessons from Abraham. Shortly, Abraham and Sarah had waited for 14 years since God promised them a son that will become a nation. Their greatest giant was facing the truth that they both had been very old and Sarah was sterile. Sarah even laughed at God's promise that she thought God was telling them a joke and she decided to gave her Egyptian slave, Hagar, to sleep with Abraham to continue their line of descendant as her expression of disbelief. Ishmael was born from Hagar and that's a different long story to tell. Focusing on how Abraham and Sarah had battled with their seemed-impossible reality and hard-to-believe situation means discovering the beautiful truth that God never break His covenant with us. When Abraham reached the age of 99, Sarah gave him Isaac (means laughing) as God's proof of what He has promised all this time. Abraham and Sarah loved Isaac deeply, the son they had been waiting all their marriage life.

Some time later, God tested Abraham's faith. He called Abraham and told him to TAKE his beloved, one and only son, Isaac, and SACRIFICE him as a burnt offering in the land of Moriah. The next morning, Abraham saddled his donkey and took two of his servants with him, along with his son, Isaac. Then he prepared everything and did it exactly what God has told him. He chopped wood for a fire for a burnt offering with his own hands (and I'm sure his mind can't get over the mixed feelings) and went in a journey to Moriah.

"Worship is giving the offerings and the way to offer it exactly the way He requested us"

On the third day of their journey, Abraham looked up and saw the place in the distance. "Stay here with the donkey," Abraham told the servants. "The boy and I will travel a little farther. We will worship there, and we will come right back." Why was Abraham telling the servants to stay and not to follow them until the top of the mountain? It was not because Abraham didn't want the servants to see their master murdering his son or whatsoever dramatic narration in my head. It's actually because worship talks about intimacy with God. When Abraham came to the mountain where he was going to offer his son, he left all his donkeys which represented his loads and burdens of life just to come as a nothing but a servant after the LORD. 

He didn't want his servants to come along because intimacy is not bringing your relatives, even not your parents, sisters, brothers or best friends to your mountain of worship. It is just you and your deep-loved offering, walking a little farther, climbing a little higher, diving a little deeper, taking little more steps, to the mountain of worship with GOD. 

"Worship talks about intimacy with God, it's just you and your deeply-loved offering walking a little farther to the mountain of Moriah"

So Abraham placed the wood for the burnt offering on Isaac's shoulders, while he himself carried the fire and the knife. As the two of them walked on together, Isaac turned to Abraham and said, "Father?" "Yes, my son?" Abraham replied. "We have the fire and the wood," the boy said, "but where is the sheep for the burnt offering?" "God will provide a sheep for the burnt offering, my son," Abraham answered. And they both walked together.

I marked the word fire and knife to highlight that indeed worship means sacrifice. Fire and knife will hurt and leave scars at anything. Any creatures, animals of plants, humans or even dead things will have mark as they experience direct contact with fire and knife. The mark that shows that your loved one is no longer yours, but it's God's possession. Your future is no longer yours, it's God possession. Your free will of choosing is no longer yours, it's God possession. Your freedom of dating is no longer yours, it's God possessions. Your rights to blame and not to forgive is no longer yours, it's God possession. Abraham's one and only son, is no longer his 'my-son' possession, but it's God's possession.

When they arrived at the place where God had told him to go, Abraham built an altar and arranged the wood on it. Then he tied his son, Isaac, and laid him on the altar on top of the wood. Abraham picked up the knife to kill his son as a sacrifice. At that moment the angel of the LORD called to him from heaven, "Abraham! Abraham!" 
"Yes," Abraham replied. "Here I am!" "Don't lay a hand on the boy!" the angel said. "Do not hurt him in any way, for now I know that you truly fear GOD. You have not withheld from me even your son, your only son."
Later, GOD showed him that He had provided a ram caught by its horn in a thicket. Abraham took the ram and sacrificed it, named the place "Yahweh-Yireh" which means the LORD will provide.

"You just need to shut your possessive feeling over anything and realize that everything belongs to God. No matter how long Abraham had waited for a son, no matter how careful and loving He had looked after Isaac, no matter how precise and structured Abraham had planned Isaac's future, whenever God asks him to offer Isaac. He'll always respond it the same way, "Here I am, LORD." for he truly feared God."
 * * * * *

Worship happens in your daily life. Your eating, working, sleeping, thinking and interacting with others. 45-minutes-long praise and worship session in church is just a moment to express and celebrate it together with your Christians community. But worship actually happens daily. The Scripture defines worship with the story of Abraham's faith tested by God.

I started to stop considerate it worshiping by counting how many time I have sunk in slow and mellow songs, instead I started to offer my daily life, the moments I can enjoy my morning by having hot chocolate or coffee and exchange it with bible-reading habit. I started to offer my right to enjoy church music and  began to look around my community, which one of them needed my prayer to support them through their dark valleys. I offer my Saturday night to Him, my education years to Him, my plans of graduating to Him, my pride and egos, my possession and my definition about success.

It may not be easy, it may takes so many risks. It may makes people throw disgusted look at you. But when it comes to worship, you've got to offer your deeply-loved Isaac and that's worth it.


Minggu, 26 November 2017

Fishing Sounds Promising

Kata Simon Petrus kepada mereka : "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. - Yohanes 21 : 3


Berjalan bersama TUHAN artinya mengalami pemulihan sampai ke area-area terkecil yang tidak kamu bayangkan sebelumnya. Mengizinkan Pribadi itu menjelajahi kedalaman hatimu dan mengoreksi bagian-bagian yang salah. Menjadi transparan dan berada dalam peremukan untuk dimurnikan lagi dan lagi. Menyerahkan seluruhnya ke dalam tanganNya dan percaya bahwa Ia menuntunmu menuju kemenangan demi kemenangan. Untuk sebuah tujuan akhir mencapai keserupaan Kristus.

Setidaknya itulah yang kupercaya sampai kemarin. Bagiku, bertahun-tahun mengikut TUHAN bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi aku tidak keberatan untuk terus berjalan bersamaNya. I easily say, "Tuhan, Kau boleh koreksi bagian manapun dalam hidupku, You can take every part You want, aku siap dibentuk". Lalu aku berjalan dengan penuh kepercayaan diri. Dalam satu tahun terakhir, ada begitu banyak penyerahan hak yang aku alami. Penyerahan hak atas nilai dan masa depan, penyerahan hak atas keharmonisan keluarga, penyerahan hak atas kemampuan memutuskan pilihan sendiri, penyerahan hak atas teman-teman terdekat yang mulai pergi satu per satu, penyerahan hak atas zona nyaman. Semuanya butuh perjuangan, tapi katanya, "mengikut Yesus itulah kesukaan hatiku, kulepas semua hakku untuk mengenal kehendakNya di hidupku." Nyatanya, Ia tidak mempermalukanku atau meninggalkanku selama proses itu kujalani.

Minggu-minggu terakhir, TUHAN membawaku untuk tinggal di satu tempat yang tidak sesuai kehendakku. Jarak sejauh 30 km harus aku tempuh setiap hari dari rumah ke gereja. Perhitunganku mengatakan, jarak sejauh ini telah menghabiskan uang, waktu, tenaga, serta menghancurkan jadwalku. Jadwal pemuridan, jadwal komsel, jadwal "melayani TUHAN" yang menjadi keseharianku selama ini. Di sisi lain aku memang jadi lebih dekat dengan universitas dimana aku berkuliah, sehingga aku dapat melewati UTS dengan baik. Beberapa hari yang lalu, nilai UTS ku keluar dan hasilnya sangat memuaskan, tapi.. tidak spektakuler. Tiba-tiba.. ada perasaan menggelitik yang muncul dalam hati, "Apa kamu puas dengan nilai ini?" Lalu aku menjawab, "Iya, ini yang terbaik dari TUHAN." Lalu suara itu berkata.. 'Hmm.. padahal dulu nilaimu selalu spektakuler loh. Harusnya kamu tidak puas, seperti yang dulu kamu lakukan di SMA. Harusnya kamu belajar lebih keras, harusnya kamu menjawab lebih panjang dan detail, harusnya kamu lebih ambisius lagi." Lalu aku terdiam.. "Is it? Bukannya aku sedang melakukan apa yang benar? Aku bersyukur atas nilaiku loh.. Why it feels so weird?" Tidak ada jawaban, namun pertanyaannya membekas sampai seminggu di pikiranku.

Keesokan harinya, aku melihat bagaimana orang-orang di sekitarku mengejar nilai, persis seperti apa yang kulakukan dulu sebelum aku mengerti bahwa penerimaan dan keberhargaan diriku tidak bergantung pada seberapa tinggi nilaiku di sekolah. Namun, melihat lingkungan sekitarku belajar begitu keras membuatku bingung dan ragu apakah aku sedang memegang identitas yang benar atau aku sedang menjadi si pemalas. Aku ragu apakah aku sedang melepaskan hakku untuk menjadi perfectionist  atau aku sedang pasrah tanpa usaha. Aku ragu.. jangan-jangan TUHAN tidak menghendaki hal ini. Hari itu aku diliputi rasa ketakutan akan nilai, persis seperti yang kualami selama hari-hari sekolahku dulu. "Mungkin aku harus sedikit lebih semangat, seperti dulu", pikirku.

                                                                    * * * * *

Yesus mati. Sosok yang dipercaya sebagai Mesias itu sudah tiada. Kesedihan dirasakan murid-muridNya. Pengharapan mereka seolah hilang, tidak tahu harus berbuat apa. Semuanya terasa begitu cepat dan masih sulit menerima kenyataan bahwa Yesus telah tiada. Namun, setidaknya Maria Magdalena ingin mendatangi kubur Yesus. Wanita itu adalah salah seorang murid yang dekat dengan Yesus selama masa Yesus melayani, tentu saja ia mengalami rasa sedih dan kehilangan yang mendalam. Terlebih sedih hati Maria Magdalena melihat kubur itu kosong dan batu penutup gua itu sudah terguling. "Mayat Yesus dicuri orang!" pikir Maria saat itu. Spontan ia memberitahukan hal itu ke murid-murid yang lain, termasuk Simon Petrus. Murid-murid berlari ke kubur Yesus, penuh rasa kaget dan penasaran. Ternyata benar.. mayatnya sudah tidak ada. Lalu mereka kembali, karena tidak mengerti harus berbuat apa.

Maria Magdalena berdiri dekat kubur itu.. ia menangis dengan sedihnya. Pengharapan Maria bukan saja mati, tapi kini dilihat oleh matapun sudah tidak ada. Ia berjalan masuk ke dalam kubur itu, lalu ia melihat dua malaikat di sana. Yesus menampakkan diri kepada Maria. Sederhana, agar Maria tahu bahwa ia tidak perlu menangis. Pengharapannya tidak hilang. Pengharapannya telah bangkit dan mengalahkan maut. Maria tidak sedang melepaskan haknya untuk kemudian hidup tanpa pertanggungjawaban. Yesus, yang ia percaya sepenuh hati, adalah Mesias yang benar-benar adalah pengharapan sejati dan mau bertanggungjawab atas hidup Maria Magdalena.

Tidak berhenti sampai di sana, Yesus juga menampakkan diri kepada murid-muridNya. Kesebelas muridNya melihat hal itu, bahkan Yesus menjanjikan damai sejahtera buat setiap mereka. Pengharapan tidak hilang, damai sejahtera ditambahkan. Tujuannya sama, untuk menyadarkan murid-muridNya bahwa mengikut Yesus memang bukan sesuatu yang murah dan Yesus tidak akan membiarkan hidup mereka menjadi murahan. Lebih dari itu, Yesus sangat amat peduli pada setiap pribadi yang setia bersama denganNya. Sekali lagi Yesus menampakkan diriNya untuk membuat Tomas, seorang murid yang sulit percaya sebelum melihat, menjadi percaya. Ia mengizinkan Tomas memegang bekas luka di tanganNya. Hanya untuk satu tujuan, agar Tomas percaya bahwa Mesias itu memang berkuasa atas segalanya, termasuk maut, dunia dan segala isinya. Artinya, ia juga berkuasa atas Tomas dan segala yang ada dalam hidup Tomas.

Tetapi, tiga kali Yesus menyatakan diri kepada murid-murid seolah belum juga cukup untuk meyakinkan bahwa Yesus yang diikuti murid-murid selama 3,5 tahun itu benar-benar seorang Mesias. Suatu malam, di sebuah pantai, Petrus dan beberapa orang murid memutuskan untuk kembali ke kehidupan dan pekerjaan yang dulu mereka lakukan sebelum sepenuhnya mengikut Yesus, yaitu menjadi penjala ikan. Mereka membuat identitas "penjala manusia" yang diberikan Yesus dan memilih untuk melakukan kebiasaan lama. Sebab mereka ragu apakah identitas penjala manusia mampu membuat mereka bertahan hidup. Lebih baik mereka kembali menjadi manusia biasa, tidak pakai istilah pengikut Yesus, mencari pekerjaan layaknya orang normal lainnya. Itu terlihat lebih menjanjikan.

Keputusan murid-murid tidak membuat Yesus berhenti mengasihi mereka. Yesus memberkati mereka dengan begitu banyak ikan hasil penjalaan, bahkan Yesus membuatkan sarapan untuk mereka. Again, Yesus membuktikan bahwa Ia memelihara dengan cara yang berlipat kali ganda. Tidak kekurangan sedikitpun, malah berkelimpahan. Menjadi penjala manusia, tidak membuat murid-murid akan mati kelaparan kekurangan makanan (ikan) untuk bertahan hidup. Menjadi penjala manusia lebih luar biasa dari masalah hidup dan mati karena makanan. PemeliharaanNya lebih dari itu.

(Rangkuman dan perenungan dari Yohanes 20:1 - 21:19)

                                                                    * * * * *

Itulah aku. Berkali-kali TUHAN membuktikan bahwa melepaskan identitas lamaku dan meninggalkan kehidupanku yang lama tidak akan membuatku kekurangan, tetapi berkali-kali juga aku ragu dan tergoda untuk kembali ke kehidupan lamaku. Menjala ikan selalu terlihat lebih menarik. Sedikit saja ada yang tidak sesuai, aku mulai berpikir untuk kembali melakukan hal yang dulu. Kelihatannya kemegahan dan kejayaan di masa laluku terlihat lebih baik daripada penyertaan TUHAN. 

Seberapa sering kamu merasa ragu untuk menyerahkan hakmu, kehidupanmu dan zona nyamanmu sepenuhnya? Seberapa sering kamu merasa ingin kembali ke kehidupan lamamu karena hari-hari yang kamu jalani saat ini terasa sedikit lebih sulit? Seberapa sering kamu takut hidupmu tidak dipelihara TUHAN? Ketahuilah, Dia tidak pernah main-main saat memilih dan memanggilmu. Jadi pemeliharaan atasmu bukanlah pemeliharaan yang murah, tetapi suatu anugerah. Tidak semudah membaca tulisan ini, tetapi berjalan bersama TUHAN memang penuh pemulihan. Termasuk di sisi-sisi yang tersembunyi.

Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." - Yohanes 21:19b


 special thanks to ci Titin <3

Minggu, 11 Juni 2017

Chin Up, Darling!

"Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau." - Mazmur 37 : 1-2

* * * * *

Aku marah
Aku kecewa
Aku melihat sekelilingku
Satu kataku.. "dunia tidak adil!"
Namun aku tidak bisa menangis, sebab rasanya bukan sekedar sakit
Lebih dari sekedar sulit menghirup nafas..
Kuhitung berkali lipat dari itu
Kepedihan, itu namanya.

Dalam kamusku, ada dua macam hari. Hari yang penuh tawa dan penuh dengan tangisan. Tidak, aku tidak menyebutnya hari yang baik atau hari yang buruk. Aku juga tidak membedakan hari-hariku dengan sebutan beruntung atau sial. Hanya.. emosi yang menunjukkan dirinya hari itu berbeda. Hmm.. Jenis hari yang mana yang lebih sering kalian alami?

Hari itu aku merasa hariku adalah hari yang penuh dengan tangisan. Bukan jenis tangisan yang kelihatan oleh mata, karena artinya rasa sakit yang dirasa belum terlalu dalam. Namun jenis tangisan yang tidak menghasilkan air mata, tidak mengalir turun di pipi dan tidak menyebabkan mata sembab. Tangisan dan jeritan dari dalam hati. Aku sangat yakin semua manusia di bumi pernah merasakan tangisan yang semacam ini, hanya dalam waktu dan dengan alasan yang berbeda-beda. Tidak terlepas juga dengan aku, putri Allah yang menciptakan alam semesta, bumi dan isinya. Aku merasakan hal yang sama. Lalu.. apa bedanya? Apa pembelaan Bapa untuk aku?

...

"Kamu punya ribuan pembelaan dariKu."
Oh ya..? Pikirku, aku tidak melihat dan tidak mengingat satupun.
"Mari Kutunjukkan satu yang terindah untukmu."
Suara itu begitu lembut dan penuh kasih, tidak ada penuntutan, tidak sedikitpun membuatku tersudut.


Aku tahu apa yang harus kulakukan.
Bagiku tidak asing menjadi orang Kristen, tapi.. masih sangat asing untuk mengenal jalan pikiranNya.
Aku mengambil Alkitab, buku yang penuh janji itu lalu membukanya perlahan-lahan.
66 kitab Perjanjian Lama, 27 kitab Perjanjian Baru
Janji.. janji.. janji..
"Ya, Aku Allah yang menyukai perjanjian, dan Aku tidak pernah ingkar."

Aku berhenti di suatu halaman, suatu halaman yang bertuliskan "Kebahagiaan Orang Fasik Semu"
Lalu aku membaca.. Tidak, tidak ada janji manis yang menjanjikan kesuksesan atau kekayaan kalau aku mengasihiNya. Namun lebih dari itu..

"Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau."
Sebentar.. Apa maksudnya?
"Rumput tumbuh dimanapun, selalu ada dimanapun dan sulit dihitung jumlahnya. Sangat banyak.
Rumput tidak panjang umur, tidak juga dihargai."
Aku rasa itu benar..
"Manusia perlu membuat papan bertuliskan "Dilarang menginjak rumput!" untuk mencegah rumput mati dan rusak. Rumput tidak dikagumi karena keindahan, rumput dengan mudah dicabuti oleh orang-orang yang sembarangan lalu-lalang. Seperti itulah orang yang membuatmu menangis, anakKu. Seperti itulah orang yang menurutmu beruntung dan sukses. Mereka sama seperti rumput, segera lisut dan layu."
Lalu..?
"Menurutmu, siapakah dirimu?"
Aku bukan orang fasik. Aku hidup mengikut kebenaranMu, Bapa.
"Tepat sekali. Sebab itu Kubuat dan Kubentuk kamu berbeda dengan orang fasik. Apakah kamu ingat janjiKu untukmu jika kamu tidak bergaul dan menjadi sama seperti orang fasik?"
Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang diperbuatnya berhasil. Mazmur pasal yang pertama, kan?

Suara itu selalu penuh kasih, namun juga tegas dan berwibawa.
"Pohon yang ditanam di tepi aliran air adalah pohon yang terbaik. Pohon berbeda dengan tumbuhan hijau. Tumbuhan hijau tidak semegah pohon, tidak berbuah sebanyak pohon, tidak sekokoh pohon, tidak memiliki batang yang lebar seperti pohon dan tidak menjadi tempat perlindungan bagi hewan-hewan lainnya. Apakah kamu dapat membayangkan perbedaannya?"
Mmm.. bisa. (Aku mengangguk karena memang aku bisa membayangkannya dengan sangat jelas)

Rumput

Tumbuhan Hijau

Pohon
"Pohon yang ditanam di tepi aliran air tidak pernah kekurangan apapun. Tidak takut akan panas matahari, tidak takut juga kalau terancam bahaya sebab pohon itu tahu kalau dirinya aman berada dekat dengan sumber kehidupan."
Aku terdiam, kata-kata itu seolah menghancurkan tembok ketakutan yang kubangun begitu tinggi selama ini.
"Pohon yang ditanam di tepi aliran air akan selalu berbuah tanpa paksaan sebab ia selalu berkelimpahan. Setiap orang yang melihat pohon itu pasti akan mengatakan pohon itu diberkati. Dan orang-orang akan rindu untuk berada di sekitar pohon yang memberikan keteduhan."
Ternyata.. janji Tuhan begitu dalam.
"Dan.. pohon itu adalah kamu, anakKu. Kamu jauh lebih berharga dari emas dan perak, jauh lebih berharga dari apapun. Rumput tidak sebanding dengan pohon, tumbuhan hijau tidak sebanding dengan rindangnya dirimu. Aku mengasihimu"

* * * * *


Percakapanku dengan Bapa selesai hari itu. Dan akhirnya aku menangis, bukan karena sakit yang kurasakan tapi karena aku merasa begitu dikasihi. Tidak ada alasan untuk membuatku marah terhadap perlakuan jahat orang terhadapku. Seharusnya aku tidak digoyahkan karena apa yang dunia katakan kepadaku. Perlindunganku ialah Bapa dan Ia mengasihiku. Kenyataan itu jauh lebih indah dari apapun.

Bagaimana dengan harimu? Dimanakah kamu meletakkan semua keluh kesah, kemarahan, keraguan bahkan kekuatiranmu? Dimanakah kamu ketika Goliat-mu datang dan menertawakanmu? Jangan bersembunyi, kamu tidak kekurangan pertolongan. Bapaku adalah Bapa yang penuh kasih dan Ia mengasihimu juga. Bapaku hanya sejauh doa..

"TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang yang benar didengarNya" - Amsal 15 : 29 

Kamis, 12 Maret 2015

It Was Just A Little Push

Selamat bulan Maret bagi siapapun yang membaca post ini! Setelah dua bulanan mendem di bawah tanah bagaikan tikus tanah, akhirnya gue iseng buka blog sendiri dan gue sadar... gue udah lama banget ga memberkati orang lewat talenta yang ada. Asik~ '-' Oke, sebelumnya, gue mau berterima kasih sama Tuhan untuk libur maha banyak di semester dua. Tuhan tau aja gitu betapa malesnya dan lelahnya gue kalo harus masuk sebanyak di semester satu dan harus serajin itu lagi. Kayanya gak mungkin.....

Dua bulan tanpa update kabar terbaru tentang betapa baikNya Tuhan, ga bikin gue berhenti ngerasain kebaikanNya. Kabar terakhir yang paling membahagiakan adalah 3 temen gue baru aja dibaptis dan rasanya kaya WOOOOOOOOOOOOOOW! Ini lebih nyenengin daripada dibeliin boneka sama pacar seriusan '_' Tapi sayangnya.. ada yang dibaptis, ada yang berapi-api, pasti ada juga yang mulai mabok sama masalahnya sendiri. Masalah kehidupan itu emang makin kemari makin susah dan itu bagaikan kesempatan yang bagus banget buat Iblis untuk bikin kita down. Segala intimidasi yang bilang kalo "ah.. gue mah apaan.. ga selevel sama temen SMP gue dulu.." atau "tuh liat siapa yang peduli sama lo" atau "udahlah gak usah sok alim, toh gaada yang appreciate juga kan?" dan lain sebagainya itu harus dibuang jauh jauh. Jangan didenger, perkataan yang merusak itu jangan didenger. Firman Tuhan bilang dengarkanlah apa yang baik dan manis didengar.

Sayangnya, gak selamanya manusia kuat dan tangguh. Ada kalanya kita ngerasa down dan Iblis sukses jalanin misinya, bikin kita ngerasa rendah diri. Di saat saat kaya ginilah bahaya banget untuk sendirian dan gak cerita ke siapa siapa. Komunitas itu perlu, karena emang manusia dari awal diciptakan sebagai makhluk sosial. Meskipun gue anak ipa uhuk .___. #gaadahubungan

Salah satu temen gue, ada yang ngedown, dan gue ngerasain banget hal itu. Beberapa kali dia sempet ilang dari peredaran. Gue bingung gimana mau ngomonginnya supaya tetep rajin cari Tuhan, karena gue takut nyakitin hati temen gue. Tapi gue gamau dia balik lagi ke kesulitan dia yang dulu. Gue berusaha nyari cara buat ngomonginnya, tapi.. selalu jatohnya sok menggurui gitu. Yaudalah akhirnya gue tahan.

Suatu ketika di hari Minggu, iya emang kejadian yang amazing rata-rata terjadi di hari Minggu, gue duduk sebelahan sama dia. Gue rasanya kaya kangen banget sama dia setelah sekian lama gak ngobrol. Tapi kan.. semua sudah tak sama. Gue udah ga sesering dulu ngobrol sama dia, awkward juga rasanya. Akhirnya, gue nyanyi, dia nyanyi, kita nyanyi selama waktu pujian ._.

Pas mau masuk penyembahan, lagu yang dinyanyiin itu ngefeels banget karena itu lagu yang dinyanyiin pas temen gue pertama kali mau buka hati buat Tuhan. Gue inget waktu itu gue lagi giat-giatnya diet, dan sering banget ngobrol sama dia. Gue sedih, gue bilang ke Tuhan : "Tuhan, masa masa itu udah lewat. Sekarang aku harus gimana?" Dan tiba-tiba aja Tuhan memberikan dorongan ke gue untuk ngamatin temen gue yang satu ini. Ada rasa sayang yang bener-bener luar biasa dan gue lupa sama semua kekesalan gue soal dia. Ada dorongan untuk megang tangan dia dan nawarin diri buat mendoakan dia. Gue doain dia dan kita sama-sama nangis. Gue ngerasa kaya ada rasa empati yang besar, yang bikin gue ngerti gimana rasanya jadi dia. Selesai didoain, wajah dia tuh berubah jadi lebih ceria dan dia nyanyi dengan penuh semangat. Gue seneng ngeliat perubahan sikap temen gue ini.

Kejadian ini bisa dibilang kali pertama gue ngedoain orang secara spontan tanpa perencanaan, dan rasanya luar biasa. Nyata banget kalo Tuhan yang bekerja di dalam diri gue, karena kalo gue sendiri gak mungkin kaya gitu. Gue orangnya kurang bisa berempati. Ini mungkin cuma sebuah doa, tapi doa yang kita panjatkan buat seseorang itu nunjukkin betapa kita peduli sama orang itu sehingga kita sebut nama mereka dalam doa kita. Mungkin isi doa kita akan terlupa dan diaminin setengah niat setengah engga sama orang yang kita doain, tapi doa kita selalu sampai ke Tuhan. Dan itulah gunanya teman, untuk saling menguatkan dan mendoakan. Untuk memagari temen kita dengan doa supaya jangan sampai dia jatuh lagi ke tempat yang sama.

"Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" - Yakobus 5 : 16

Ketika Tuhan memberikan kita dorongan untuk mendoakan seseorang, lakukan dan jangan mikir dua kali. Kesempatan untuk dipakai Tuhan ga selalu dateng dua kali. Mendoakan orang itu gaada ruginya. God Bless c:

Kamis, 08 Januari 2015

Kemana Hatiku?

Selamat tahun baru! Hahaha walaupun udah telat 8 hari tapi tetep aja harus diucapkan ._. Kalo lagi momen xin jia, udah telat 8 hari tapi ada yang ngasih angpao pun tetep diterima, maka seharusnya ucapan ini pun diterima walaupun udah lewat seminggu lebih. Sedikit bercerita~ Dalam kurun waktu delapan hari pertama di bulan Januari, gue udah dua kali hampir mengonsumsi makanan expired, untungnya Tuhan baik dan selalu baik, jadi gaada sedikitpun yang masuk ke mulut, ke kerongkongan, kemudian lambung, oke ini jadi pelajaran Biologi lama-lama .___. Sisi positifnya sih jadi gue belajar lebih teliti lagi untuk ngecek tanggal kadaluarsa makanan sebelum makan. Dan... gue mengucapkan selamat masuk sekolah! Dengan atau tanpa KTSP di sisimu, semangatlah wahai putra putri bangsa! #kemudianlaguberkumandang :')

Jadi, ceritanya selama liburan ini gue sering jalan-jalan dan tanpa disadari hati gue ikutan jalan-jalan. Loh? ._. Iya, hati gue kayanya masih holiday ke Hawaii, nyanyi-nyanyi lagu Aloha dengan ukulele, minum jus sambil jemur badan dipinggir pantai, enak banget dia. Gue tungguin aja kapan dia balik, gue nagih oleh-oleh aja.. Cukup, udah makin absurd, sebenernya hati gue kemana? Apa bisa hati lepas gitu dari dalem tubuh?

Gue sering sibuk ngerjain ini-itu, sekalinya gak sibuk malah tidur seharian, buka instagram, seolah balas dendam atas semua jerih payah. Dulu sempet berniat mau seminggu sekali bikin post baru, akhirnya jadi 10 hari sekali dan lama-lama 2 minggu sekali. Dulu niatnya mau tiap hari bbm temen nanya apa kabar dan siap ngedengerin kisah curhatan mereka tapi sekarang.. kalo inget aja baru bbm. Dulu niatnya mau rajin sharing Firman, mau ceritain ke semua orang, tapi ya gitu deh. Dulu niatnya mau ini, mau itu, kemudian semuanya pupus dan hilang ditelan rasa malas. Malas ini membunuhku.. Basmi malas! Ciptakan baygon pembasmi malas!

Dan ternyata bukan hanya rasa malas dan lelah yang dengan sigap menahan gue untuk tetap guling-guling di tempat tidur, ada juga faktor lain. Waktu gue udah mulai berminat ngerjain semuanya itu, responnya juga pada ogah-ogahan. Waktu gue mulai bbm temen gue satu per satu, mereka jutek gitu jawabnya, mungkin mereka lagi sibuk atau ngerasa ngapain ni orang kurang kerjaan tiba-tiba bbm. Respon mereka yang sama males-malesannya sukses bikin gue jadi tambah males. Level kemalesan gue memuncak, tidak dapat lagi diatasi.

Ketika gue sedang males di hari Minggu, ujan di depan, angin semilir bikin pengen narik selimut, gue ketiduran. Biasa harus bangun jam 7 lewat, ini bangun jam 8 lewat. Untung udah mandi, jadi dengan sedikit terburu-buru, berangkatlah gue ke gereja, jujur saat itu males lahir batin karena ujan trus dingin, ngantuk banget. Di rumah aja ngantuk, apalagi di gereja. Sampe di gereja ternyata bener yang dateng ga rame banget, cuma rame aja. Gue merasa bangga karena gue termasuk kaum rajin, walaupun sempet rada kepaksa tadi.

Tiap minggu ada perjamuan kudus, begitu pula minggu ini. Gue ngambil roti, biasa aja ngambilnya, karena emang belakangan ini udah jarang dapet ayat yang cocok sama keadaan hidup. Abis ngambil, oper nampan ke sebelah, gue mulai baca ayatnya. Dan.. sadis. Tuhan kok tau banget gue lagi males. Tuhan tau gue lagi agak ilang mood ceritain ke orang-orang tentang betapa baiknya Tuhan. Tuhan seolah nguatin gue kalo apa yang gue lakuin itu gak sia-sia. Sempet gue mikir, mau ngajak siapa lagi ke gereja, udah gaada kemungkinan rasanya, semua udah gue coba dan banyakan respon negatif.

Terlebih kemaren pas komsel, gue kaget ngeliat jumlah anggota yang dateng. Lengkap seperti biasa. Padahal kalo abis libur lama, yang dateng paling dikit. Gue ngerasa.. gue bodoh kalo nganggep apa yang gue lakuin ini sia-sia. Ngeliat mereka bisa dateng dengan rajin dan antusias kaya gitu, rasanya seneng. Rasanya berhasil. Gaada alasan untuk males, capek apalagi berhenti. Kenapa selama ini gue gak sadar kalo perlahan-lahan Tuhan udah mengubah mereka, dari yang tadinya males jadi rajin, cuek jadi peduli, sombong jadi rendah hati, gampang kebawa arus malah sekalian berpendirian teguh. Perubahan yang terlalu luar biasa, dan parahnya gue gak sadar.

Mumpung masih awal tahun, belum terlalu terlambat untuk mengumpulkan kembali niat dan semangat, mengencangkan ikatan tali sepatu dan mulai lagi berjalan mencari jiwa, menceritakan tentang Tuhan Yesus yang sangat baik, dan membawa mereka kembali ke dalam kasihNya. Ga peduli mau awalnya mereka antusias atau engga, jangan pernah berhenti, semuanya itu gak akan pernah sia-sia.

"Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Ku kehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang akan Kusuruhkan kepadanya" Yesaya 55 :11